Selasa, 22 Mei 2012

Orientasi Psikologi Pembelajaran Di Taman Kanak-Kanak

BAB I

A.LatarBelakang
Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang pendidikan nasional pasal 28 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur formal, non formal, dan informal. Taman kanak-kanak adalah pendidikan anak usia dini pada jalur formal.
Usia 4-6 tahun, merupakan masa peka dalam perkembangan aspek berfikir logis anak. Anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensinya. Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi lingkungan dan mengasimilasikan atau menginternalisasikan ke dalam pribadinya. Masa ini merupakan masa awal perkembangan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diiri, disiplin, kemandirian seni, moral dan nilai-niali agama. Oleh karena itu dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangannya tercapai secara optimal.
Sejalan dengan hal tersebut di atas sesuai tekad pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mensukseskan gerakan disiplin nasional sejak usia taman kanak-kanak, anak sudah dibiasakan untuk berprilaku yang baik dan disiplin sesuai dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh agama, pemerintah dan masyarakat pada umumnya.











BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Pengembangan Pembiasaan
Pembiasaan (habituation) merupakan proses pembentukan sikap dan prilaku yang relatif menetap dan bersifat otomatis melalui proses pembelajaran yang berulang-ulang. Sikap atau prilaku yang menjadi kebiasaan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Prilaku tersebut relatif menetap
b. Pembiasaan umumnya tidak memerlukan fungsi berfikir yang cukup tinggi, misalnya untuk dapat mengucapkan salam cukup fungsi berfikir berupa mengingat atau meniru saja.
c. Kebiasaan bukan sebagai hasil dari proses kematangan, tetapi sebagai akibat atau hasil pengalaman atau belajar.
d. Perilaku tersebut tampil secaraberulang-ulang sebagai respons terhadap stimulus yang sama.
Untuk menanamkan pembiasaan terhadap anak usia taman kanak-kanak, yaitu usia 4-6 tahun bersifat fleksibel, dan dapat dilaksanakan secara rutin, spontan dan terprogram.
A. Metode Pembelajaran Prilaku Melalui Pembiasaan
Untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif dalam rangka mengembangkan model pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan anak di dalam melakukan pengembangan prilaku melalui pembiasaan sejak dini, menurut Campbell dan campbell dapat dilakukan dengan berbagai metode sebagai berikut:
1. Pengubahan Prilaku (behavior modification)
Metdoe ini merupakan suatu pengubahan prilaku yang berdasarkan atas prinsip-prinsip ‘penguatan’ (reinforcement). Metode ini biasanya berhasil untuk mengubah/mengurangi perilaku yang berlebihan dan membentuk perilaku yang belum ada pada individu.
2. Pembelajaran (instructional technique)
Metode ini dilakukan dengan memberikan instruksi yang spesifik dan konkret tentan perilaku yang dikehendaki. Instruksi-instruksi tersebut berfungsi untuk mengoreksi yang salah dari mengajarkan perilaku yang baru.
3. Berbasis hubungan (relationship-based)
Metode ini digunakan untuk membantu menciptakan suasana yang mendukung untuk dapat terjadi proses belajar. Metode ini bertujuan mempertahankan hubungan antara guru sebagai pelatih dengan anak dalam belajar terstruktur agar terjadi proses belajar yang efektif. Biasanya dapat digabungkan dengan metode pertama dan kedua. Untuk mempertahankan hubungan antaraguru dengan anak, antara lain dengan cara:
a. Dorongan empati, denga cara mendengarkan kesulitan-kesulitan anak dalam mengikuti belajar terstruktur, menghargai usaha anak, mendorong keterlibatan anak, dan sebagainya.
b. Identifikasi masalah anak, yaitu mengenali apa yang menjadi hambatan anak.
c. Mengurangi rasa keterancaman pada anak dalam situasi belajar terstruktur, antara lain menciptakan rasa aman, dengan kata-kata atau prilaku dan menyederhanakan prosedur.
4. Penguatan Kelompok (Group Reinforcement)
Penguatan kelompok merupakan referensi yang diberikan oleh. Kelompoknya (peer), khususnya pada remaja, jenis referensi ini penting karena mereka sangat mengacu kepada kelompok sebaya (peers). Metode ini pada umumnya digunakan untuk menjelaskan kepada anak yang ikut belajar terstruktur tentang apa yang hendak dicapai. Cara pemebelajaran ulang (reinstructional) dapat dipakai pula untuk memperjelas prilaku apa yang akan dibentuk. Penguatan kelompok dapat dilakukan dengan berbagai cara,yaitu:
a. Pemodelan (modeling), yaitu memberikan contoh prilaku apa yang diharapkan atau dengan perkataan lain belajar melalui imitasi.
b. Bermain Peran (role playing) sering dilakukan setelah modeling supaya jelas dan tidak terjadi kesalahan persepsi.
c. Simulasi (simulation) adalah kegiatan yang dilakukan untuk menggambarkan suatu situasi atau prilaku sebenarnya.
d. Balikan Penampilan (performance feedback) adalah informasi yang menggambarkan seberapa jauh hasil yang diperoleh dari role playing. Bentuknya dapat berupa reward, reinforcement, kritik, dan dorongan.
B. Dimensi Pengembangan Prilaku pada Anak
Ada beberapa pengembangan dimensi prilaku pada anak, yaitu:
1. Pengembangan perilaku moral
Perilaku moral dapat diartikan cara pikir atau cara pandang seseorang yang akan tercermin dalam pola pikir dan pola tindak seperti dalam bersikap, berbicara atau mempersepsikan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dimana anak berada.

Pengembangan perilaku moral dipengaruhi oleh:
a. Keluarga sebagai sekolah pertama bagi anak
b. Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki tujuan menanamkan nilai budi pekerti dan sopan santun juga tentang aturan-aturan yang berlaku
c. Masyarakat mempengaruhi dalam pembentukan kepribadian anak melalui cara pandang dan perlakuan terhadap anak.

Penanaman sopan santun, tata krama dan budi pekerti yang paling baik dan efektif dilakukan sedini mungkin sebab perwujudan dan jiwa yang telah berisi nilai moral akan berkembang bersama nilai-nilai lain yang akan dijadikan nilai sebagai pedoman dalam perilaku keseharian.

2. Pengembangan Perilaku Disiplin
Perilaku didiplin adalah kemampuan seorang anak untuk menyeimbangkan antara pola pikir dan pola tindakan dikarenakan adanya situasi dan kondisi tertentu dengan pembatasan peraturan yang diperlukan terhadap dirinya oleh lingkungan dimana individu berada.



Tujuan perilaku disiplin pada anak:
a. Secara umum: membentuk perilaku sedemikian hingga akan sesuai dengan peran-peran yang ditetapkan kelompok budaya atau tempat individu itu diidentifikasi.
b. Jangka pendek: membuat anak terlatih dan terkontrol perilakunya dengan membelajarkan pada anak tingkah laku yang pantas dan tidak pantas atau yang masih baru/asing bagi mereka.
c. Jangka panjang: melatih pengendalian diri sendiri (self control and direction) yaitu dalam hal mana anak-anak dapat mengendalikan sendiri tanpa terpengaruh dan pengendalian dari luar.
Bentuk pendisiplinan pada anak TK
a. Disiplin pergi ke sekolah
b. Disiplin di sekolah
c. Disiplin merapikan mainan
d. Disiplin memakai pakaian dan sepatu
e. Disiplin bangun tidur
f. Disiplin waktu makan bersama
3. Pengembangan Perilaku Emosional
Perilaku emosional merupakan bagian dari kecerdasan emosional yang melibatkan perasaan dan emosi baik pada diri sendiri dan pada orang lain. Perilaku emosional ditunjukkan dengan kemampuan untuk memahami diri dan orang lain, mengungkapkan perasaan, mengendalikan amarah, sampai berempati pada orang lain.
Pentingnya pengembangan perilaku emosi, bagi anak usia TK
a. Sebagai bekal untuk mengatasi setiap persoalan yang penting dalam kehidupan.
b. Kecerdasan emosional perlu diajarkan di TK supaya anak-anak mempunyai peluang untuk memperoleh keterampilan yang akan membantu mereka menjadi lebih kebal terhadap tekanan-tekanan dan atau gangguan emosional lainnya. Sampai akhirnya anak mampu
mengendalikan dan mengelola emosinya dengan baik.

Ciri perilaku emosional pada anak TK, antara lain:
a. Lebih mudah bergaul
b. Menaruh minat pada kegiatan orang dewasa
c. Mampu menahan tangis dan kecewa
d. Menunjukkan rasa sayang
e. Minta di ceritakan dongeng dan di dendangkan lagu
f. Mulai melatih kemandirian
g. Mengenal sopan santun
h. Antusias saat belajar
i. Sabar menunggu giliran
Nilai-nilai yang terdapat dalam emosi anak, antara lain:
• Kemarahan Malu
• Kesedihan Gembira
• Afeksi Takut
• Cemburu Anxiety
• Empati Stress
Cara menumbuhkembangkan perilaku emosi wajar pada anak:
a. Bersikap empati pada anak
b. Mendengarkan ungkapan emosi pada anak
c. Mengungkapkan emosi lewat kata-kata
d. Mendengarkan musik indah dan teratur











BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Usia 4-6 tahun, merupakan masa peka dalam perkembangan aspek berfikir logis anak. Anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensinya. Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi lingkungan dan mengasimilasikan atau menginternalisasikan ke dalam pribadinya. Masa ini merupakan masa awal perkembangan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diiri, disiplin, kemandirian seni, moral dan nilai-niali agama. Oleh karena itu dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangannya tercapai secara optimal.
Peran orang tua, sekolah dan masyarakat sekitar sangatlah besar terhadap tumbuh kembangnya anak sehingga melahirkan generasi yang memiliki pola pikir dan pola tindak yang berdasarkan nilai-nilai moral yang baik.

DAFTAR PUSTAKA
Whitherington. 1999. Psikologi Pendidikan.Jakarta: Rineka Cipta
Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.Jakarta: Indeks
Aqib,Zainal.2009. Belajar dan Pembelajaran di Taman Kanak-kanak:Yrama Widya
http://www.scribd.com/doc/17413295/Pembelajaran-Pembiasaan-Di-Tk

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.